,

Indeks Kanal

Hamil Saat Menggunakan IUD: Apa Risikonya untuk Janin?

Agustus 26, 2025 Last Updated 2025-08-26T14:48:51Z

 

Hamil Saat Menggunakan IUD: Apa Risikonya untuk Janin?

Kehamilan selalu menjadi topik yang penuh emosi, mulai dari kegembiraan hingga keterkejutan, terutama jika terjadi secara tak terduga. Salah satu situasi yang sering mengejutkan adalah kehamilan saat menggunakan alat kontrasepsi IUD (Intrauterine Device). Meskipun IUD dikenal sebagai salah satu metode kontrasepsi paling efektif, ternyata ada kemungkinan kecil untuk hamil meski alat ini terpasang. Artikel ini akan membahas peluang kehamilan saat menggunakan IUD, risiko yang mungkin terjadi, serta langkah yang dapat diambil jika kehamilan terjadi. Yuk, simak ulasan lengkapnya!

Apa Itu IUD dan Bagaimana Cara Kerjanya?

IUD adalah alat kontrasepsi berbentuk huruf T yang dipasang di dalam rahim untuk mencegah kehamilan. Alat ini bekerja dengan cara mengganggu pergerakan sperma, mencegah pembuahan, atau membuat lingkungan rahim tidak mendukung implantasi embrio. Ada dua jenis IUD yang umum digunakan:

  1. IUD Tembaga: Melepaskan ion tembaga yang bersifat spermicidal, sehingga mencegah sperma mencapai sel telur.
  2. IUD Hormonal: Melepaskan hormon progestin untuk mengentalkan lendir serviks dan mencegah ovulasi.

IUD memiliki tingkat efektivitas hingga 99%, menjadikannya salah satu pilihan kontrasepsi favorit di Indonesia dan dunia. Namun, meski sangat efektif, tidak ada metode kontrasepsi yang 100% menjamin tidak adanya kehamilan.

Peluang Kehamilan Saat Menggunakan IUD

Peluang Kehamilan Saat Menggunakan IUD

Meskipun IUD memiliki tingkat kegagalan yang sangat rendah, kehamilan tetap bisa terjadi dalam kasus tertentu. Menurut WebMD, sekitar 1 dari 100 wanita yang menggunakan IUD masih berpeluang hamil setelah satu tahun pemakaian. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kehamilan saat menggunakan IUD meliputi:

  • Pergeseran Posisi IUD: IUD yang tidak berada pada posisi ideal di dalam rahim, misalnya bergeser ke bawah atau bahkan keluar, dapat mengurangi efektivitasnya. Pergeseran ini sering terjadi pada wanita yang baru melahirkan atau sedang menyusui.
  • Pemasangan IUD yang Kurang Tepat: Jika IUD tidak dipasang dengan benar oleh tenaga medis, peluang kehamilan bisa meningkat.
  • Hubungan Seksual Setelah Pemasangan: Kehamilan lebih mungkin terjadi jika hubungan seksual dilakukan dalam 7 hari setelah pemasangan IUD, karena alat ini membutuhkan waktu untuk bekerja secara optimal.
  • Kedaluwarsa IUD: Beberapa jenis IUD memiliki masa pakai tertentu. Jika masa pakai habis, efektivitasnya akan menurun.

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), risiko pergeseran IUD berkisar antara 2–10% dalam setahun setelah pemasangan. Faktor seperti menyusui atau pemasangan segera setelah persalinan dapat meningkatkan kemungkinan pergeseran ini. Sayangnya, pergeseran IUD sering kali tidak disadari karena tidak selalu menimbulkan gejala nyata. Beberapa tanda yang mungkin mengindikasikan pergeseran IUD adalah:

  • Benang IUD terasa lebih pendek atau tidak terdeteksi saat pemeriksaan mandiri.
  • Pendarahan vagina yang tidak normal.
  • Kram perut yang tidak biasa.
  • Keputihan yang tidak wajar.

Jika Anda mengalami gejala ini, segera konsultasikan ke dokter untuk memeriksa posisi IUD.

Risiko Kehamilan Saat Menggunakan IUD

Risiko Kehamilan Saat Menggunakan IUD

Kehamilan yang terjadi saat menggunakan IUD, meskipun jarang, dapat membawa risiko kesehatan baik bagi ibu maupun janin. Berikut adalah beberapa risiko yang perlu diperhatikan:

1. Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik adalah kondisi di mana embrio berkembang di luar rahim, biasanya di tuba falopi. Wanita yang hamil saat menggunakan IUD memiliki risiko lebih tinggi mengalami kehamilan ektopik dibandingkan mereka yang tidak menggunakan IUD. Menurut ACOG, gejala kehamilan ektopik meliputi:

  • Nyeri ringan di perut atau panggul.
  • Pendarahan vagina yang tidak normal.
  • Nyeri punggung bawah.
  • Kram di salah satu sisi panggul.

Jika tidak ditangani, kehamilan ektopik dapat menyebabkan komplikasi serius seperti pecahnya tuba falopi, yang dapat mengakibatkan pendarahan internal dan bahkan berisiko fatal. Oleh karena itu, jika Anda menduga hamil saat menggunakan IUD, segera periksakan diri ke dokter.

2. Komplikasi Kehamilan

Studi yang diterbitkan oleh American Association for the Advancement of Science (AAAS) menunjukkan bahwa kehamilan dengan IUD dapat meningkatkan risiko komplikasi. Selain kehamilan ektopik, komplikasi lain yang mungkin terjadi termasuk infeksi rahim atau gangguan perkembangan janin.

3. Kelahiran Prematur

Jika IUD tetap berada di dalam rahim selama kehamilan, risiko kelahiran prematur meningkat. Hal ini disebabkan oleh adanya benda asing di rahim yang dapat memicu kontraksi atau gangguan pada perkembangan janin.

4. Keguguran

Keberadaan IUD di dalam rahim selama kehamilan dapat meningkatkan risiko keguguran. IUD dianggap sebagai benda asing oleh tubuh, yang dapat memengaruhi stabilitas kehamilan, terutama pada trimester pertama.

5. Abruptio Plasenta

Abruptio plasenta, yaitu kondisi di mana plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum atau selama persalinan, juga menjadi risiko yang mungkin terjadi. Kondisi ini dapat mengganggu pasokan nutrisi dan oksigen ke janin, sehingga memerlukan penanganan medis segera.

Apakah IUD Bisa Dilepas Saat Kehamilan?

Apakah IUD Bisa Dilepas Saat Kehamilan?

Jika kehamilan terdeteksi saat IUD masih terpasang, dokter akan mengevaluasi apakah IUD perlu dilepas. Keputusan ini bergantung pada beberapa faktor, seperti usia kehamilan, posisi IUD, dan kondisi kesehatan ibu serta janin. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan:

  • Kehamilan di Bawah 14 Minggu: Jika kehamilan masih pada trimester pertama dan benang IUD masih terlihat, dokter mungkin akan merekomendasikan untuk melepas IUD guna mengurangi risiko keguguran atau kelahiran prematur. Namun, prosedur ini tetap memiliki risiko, seperti perdarahan atau infeksi.
  • Kehamilan di Atas 14 Minggu: Jika kehamilan sudah memasuki trimester kedua atau ketiga, dokter mungkin memilih untuk membiarkan IUD tetap di tempat, terutama jika pelepasan dianggap berisiko lebih besar bagi ibu dan janin.
  • IUD Keluar Secara Alami: Dalam beberapa kasus, IUD dapat keluar bersamaan dengan proses persalinan. Namun, ini tidak selalu terjadi dan tergantung pada kondisi spesifik kehamilan.

Konsultasi dengan dokter kandungan sangat penting untuk menentukan langkah terbaik. Dokter akan melakukan pemeriksaan ultrasound untuk memastikan posisi IUD dan kondisi janin sebelum membuat keputusan.

Cara Mengurangi Risiko Saat Menggunakan IUD

Untuk meminimalkan risiko kehamilan saat menggunakan IUD, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan:

  1. Pemeriksaan Rutin: Lakukan pemeriksaan rutin ke dokter untuk memastikan IUD berada pada posisi yang tepat.
  2. Kenali Gejala Pergeseran: Waspadai tanda-tanda seperti pendarahan tidak normal, kram, atau perubahan pada benang IUD.
  3. Gunakan Kontrasepsi Tambahan: Pada minggu pertama setelah pemasangan IUD, gunakan kontrasepsi tambahan seperti kondom untuk mencegah kehamilan.
  4. Pilih Tenaga Medis Berpengalaman: Pastikan IUD dipasang oleh dokter atau bidan yang terlatih untuk meminimalkan risiko kesalahan pemasangan.

Kesimpulannya, meskipun IUD merupakan metode kontrasepsi yang sangat efektif, kehamilan tetap bisa terjadi dalam kasus langka, terutama akibat pergeseran posisi atau pemasangan yang kurang tepat. Risiko seperti kehamilan ektopik, keguguran, atau kelahiran prematur perlu diwaspadai, sehingga konsultasi segera dengan dokter sangat penting jika menduga hamil saat menggunakan IUD. Dengan pemeriksaan rutin dan kewaspadaan terhadap gejala tidak biasa, IUD tetap menjadi pilihan aman dan andal untuk mencegah kehamilan. Jadi, pastikan selalu berkomunikasi dengan tenaga medis untuk menjaga kesehatan reproduksi dengan optimal.

 

TUTUP IKLAN
Iklan Kiri
TUTUP IKLAN
Iklan Kanan